Bima. Daerah paling timur Nusa Tenggara Barat. Punya segudang kenangan pada masa penjajahan. Kenangan yang belum bisa dilupakan. Masih terngiang diingatan para pejuang. Salah satunya penjajahan Jepang, atau yang kerap dikenal dengan sebut Nipo (dalam Bahasa Bima).
Jepang kali pertama menyandarkan kapal dan masuk Bima 1942. Itu menurut para veteran. Tanggalnya mereka lupa. Yang jelas, tahunnya masih ingat. Romantika-romantika perlawanan juga masih membekas. Dan sulit dilupakan.
Bekas-bekas perjuangan mereka belum hilang. Semangat mereka masih terjaga. Sampai sekarang. Dan tidak akan pernah pudar. Karombo Nipo, bukti perjuangan sekaligus bukti betapa kuatnya tangan-tangan pejuang terdahulu.
Orang Bima biasa menyebut gua-gua dan bunker. Itu digali pada masa pendudukan Jepang. Karombo Nipo di Bima cukup banyak. Bahkan, hampir setiap wilayah ada Karombo Nipo. Jumlah sekitar ratusan. Ya, ratusan gua.
Konon, Karombo Nipo itu sengaja digali. Atas perintah pasukan Jepang. Sebagai lubang persembunyian. Juga penyimpanan amunisi. Karombo Nipo bukan saja rumah persembunyian dari serangan udara sekutu. Serangan yang kala itu sangat membabi buta. Sekitar tahun 1943 hingga 1945.
Karombo Nipo dibangun dengan sistim Romusya. Untuk memenuhi nafsu saudara tua menghadapi perang Asia Timur Raya. Bima memang dijadikan basis pertahanan Tentara Jepang. Ribuan pasukan Nipo ditempatkan di Bima menghadapi Serangan Lompat Kodok Sekutu dari Australia.
Sekilas, begitulah cerita kerberadaan Karombo Nipo. Gua-gua bersejarah, yang tak terurus. Yang belum disentuh perbaikan. Dandanan gua hasil cucuran keringat para pejuang masih alami. Hanya dihiasi semak belukar. Semak-semak yang sudah berusia cukup lama. Mirip seperti gua hantu.
Adalah sebuah komunitas. Komunitas yang diberi nama Karombo Nipo. Komunitas yang peduli dengan keberadaan gua-gua bersejarah. Komunitas yang dihuni anak-anak muda. Komunitas itu fokus di Desa Punti saja. Desa yang berada di wilayah Kecamatan Soromandi, Bima. Desa yang juga menyimpan bukti sejarah perlawanan pejuang Bima, seperti Benteng Asa Kota.
’’Kami sangat prihatin melihat kondisi Gua Nipo yang tak terurus. Karena itu kami bersama generasi muda di Punti menata dan merapikan kembali bukti sejarah perjuangan di Bima tersebut,’’ kata pembina Komunitas Karombo Nipo Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Bima, Habibi.
Pria yang akrab disapa Abbie Makese itu menuturkan, komunitas itu terbentuk atas rasa kepedulian generasi muda di Punti. Selama ini, gua bersejarah itu dibiarkan begitu saja alias tak dikelola dengan baik.
Awalnya, cerita dia, tepat sebelum lebaran 2018 lalu, generasi muda curhat seputar penataan kawasan wisata yang ada di Punti. Dari obrolan ringan itu keluarlah ide dan gagasan untuk membentuk komunitas. ’’Kami akhirnya sepakat untuk dirikan wadah sebagai tempat menyalurkan ide dan gagasan,’’ terangnya.
Bidikan pertama komunitas itu adalah menata Karombo Nipo, yang terletak di kawasan Noti. Ada delapan gua. Kedalamannya bervariasi. Ada yang 3 meter. Ada juga yang 30 meter.
Ya, mereka ingin merealisasikan ide dan gagasannya dengan menata seindah mungkin Karombo Nipo. Gua yang selama ini jadi hunian kelelawar, mungkin juga hantu. ’’Kami siapkan segala kebutuhan untuk menata gua tersebut agar kelihatan cantik,’’ ujarnya.
Dengan segala keterbatasan, mereka menyiapkan bahan seadanya. Mereka mengumpulkan papan-papan bekas, kemudian dicat. Dibuat tulisan-tulisan keren. Ala anak muda zaman sekarang. ’’Meski sederhana tapi kelihatan modern,’’ bebernya.
Tiap gua, mereka menempatkan tulisan-tulisan yang bisa memberi kesan tersendiri bagi pengunjung. Bumbu-bumbu romantis tak lupa juga mereka bubuhi tiap tulisan. ’’Tulisan-tulisan nantinya bisa dijadikan tempat selfi bagi pengunjung,’’ terang Abbie.
Jepang kali pertama menyandarkan kapal dan masuk Bima 1942. Itu menurut para veteran. Tanggalnya mereka lupa. Yang jelas, tahunnya masih ingat. Romantika-romantika perlawanan juga masih membekas. Dan sulit dilupakan.
Bekas-bekas perjuangan mereka belum hilang. Semangat mereka masih terjaga. Sampai sekarang. Dan tidak akan pernah pudar. Karombo Nipo, bukti perjuangan sekaligus bukti betapa kuatnya tangan-tangan pejuang terdahulu.
Orang Bima biasa menyebut gua-gua dan bunker. Itu digali pada masa pendudukan Jepang. Karombo Nipo di Bima cukup banyak. Bahkan, hampir setiap wilayah ada Karombo Nipo. Jumlah sekitar ratusan. Ya, ratusan gua.
Konon, Karombo Nipo itu sengaja digali. Atas perintah pasukan Jepang. Sebagai lubang persembunyian. Juga penyimpanan amunisi. Karombo Nipo bukan saja rumah persembunyian dari serangan udara sekutu. Serangan yang kala itu sangat membabi buta. Sekitar tahun 1943 hingga 1945.
Karombo Nipo dibangun dengan sistim Romusya. Untuk memenuhi nafsu saudara tua menghadapi perang Asia Timur Raya. Bima memang dijadikan basis pertahanan Tentara Jepang. Ribuan pasukan Nipo ditempatkan di Bima menghadapi Serangan Lompat Kodok Sekutu dari Australia.
Sekilas, begitulah cerita kerberadaan Karombo Nipo. Gua-gua bersejarah, yang tak terurus. Yang belum disentuh perbaikan. Dandanan gua hasil cucuran keringat para pejuang masih alami. Hanya dihiasi semak belukar. Semak-semak yang sudah berusia cukup lama. Mirip seperti gua hantu.
Adalah sebuah komunitas. Komunitas yang diberi nama Karombo Nipo. Komunitas yang peduli dengan keberadaan gua-gua bersejarah. Komunitas yang dihuni anak-anak muda. Komunitas itu fokus di Desa Punti saja. Desa yang berada di wilayah Kecamatan Soromandi, Bima. Desa yang juga menyimpan bukti sejarah perlawanan pejuang Bima, seperti Benteng Asa Kota.
’’Kami sangat prihatin melihat kondisi Gua Nipo yang tak terurus. Karena itu kami bersama generasi muda di Punti menata dan merapikan kembali bukti sejarah perjuangan di Bima tersebut,’’ kata pembina Komunitas Karombo Nipo Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Bima, Habibi.
Pria yang akrab disapa Abbie Makese itu menuturkan, komunitas itu terbentuk atas rasa kepedulian generasi muda di Punti. Selama ini, gua bersejarah itu dibiarkan begitu saja alias tak dikelola dengan baik.
Awalnya, cerita dia, tepat sebelum lebaran 2018 lalu, generasi muda curhat seputar penataan kawasan wisata yang ada di Punti. Dari obrolan ringan itu keluarlah ide dan gagasan untuk membentuk komunitas. ’’Kami akhirnya sepakat untuk dirikan wadah sebagai tempat menyalurkan ide dan gagasan,’’ terangnya.
Bidikan pertama komunitas itu adalah menata Karombo Nipo, yang terletak di kawasan Noti. Ada delapan gua. Kedalamannya bervariasi. Ada yang 3 meter. Ada juga yang 30 meter.
Ya, mereka ingin merealisasikan ide dan gagasannya dengan menata seindah mungkin Karombo Nipo. Gua yang selama ini jadi hunian kelelawar, mungkin juga hantu. ’’Kami siapkan segala kebutuhan untuk menata gua tersebut agar kelihatan cantik,’’ ujarnya.
Dengan segala keterbatasan, mereka menyiapkan bahan seadanya. Mereka mengumpulkan papan-papan bekas, kemudian dicat. Dibuat tulisan-tulisan keren. Ala anak muda zaman sekarang. ’’Meski sederhana tapi kelihatan modern,’’ bebernya.
Tiap gua, mereka menempatkan tulisan-tulisan yang bisa memberi kesan tersendiri bagi pengunjung. Bumbu-bumbu romantis tak lupa juga mereka bubuhi tiap tulisan. ’’Tulisan-tulisan nantinya bisa dijadikan tempat selfi bagi pengunjung,’’ terang Abbie.
HANYA MODAL SEMANGAT
Semangat, semangat, dan semangat. Itulah modal mereka untuk menata dan merapikan gua bersejarah di Punti. Bagi mereka, modal semangat sudah cukup untuk mendadani Karombo Nipo. Ditambah kemauan yang tinggi.
Anggota komunitas Affan Gafar mengatakan, bila harus menunggu ada dana, maka keinginan untuk menatap Karombo Nipo tidak akan terealisasi. Karena itu, dia bersama rekannya menguras energi sendiri demi mempercantik karombo nipon. Bahkan, uang sendiri mereka korbankan.
’’Kami sesama generasi muda bergotong royong. Membersihkan semak-semak yang menyelimuti gua bersejarah itu,’’ akunya.
Guna mewujudkan harapan itu, dia dan rekannya menghabiskan waktu hampir sepekan. Di bulan puasa lagi. Itu hanya untuk membersihkan semak-semak dan rumput liar. Tetapi energi yang terkuras itu, kata dia, bisa terobati karena Karombo Nipo sudah tampak cantik. ’’Sekarang sudah banyak dikunjungi,’’ kata dia.
Izzul Islam, anggota lain juga mengaku, setelah membersihkan semak belukar, dia dan rekannya harus menata lagi supaya terlihat lebih indah. Kini, Karombo Nipo sudah bisa dinikmati khalayak umum. Tidak sedikit pengunjung yang datang melihat bukti sejarah perjuangan orang-orang terdahulu.
’’Walau terbilang baru dipoles, tapi Karombo Nipo sudah banyak menarik perhatian orang,’’ sebutnya.
Penataan Karombo Nipo, aku dia, tidak terlepas dari kepedulian generasi muda di Punti atas perjuangan para pahlawan. Dia dan rekannya tidak ingin bukti perjuangan para pahlawan menganggur dan tak terurus. ’’Kami menular semangat para pejuang terdahulu kepada generasi Punti dengan merawat bukti-bukti hasil keringat mereka,’’ tandasnya.
Anggota komunitas Affan Gafar mengatakan, bila harus menunggu ada dana, maka keinginan untuk menatap Karombo Nipo tidak akan terealisasi. Karena itu, dia bersama rekannya menguras energi sendiri demi mempercantik karombo nipon. Bahkan, uang sendiri mereka korbankan.
’’Kami sesama generasi muda bergotong royong. Membersihkan semak-semak yang menyelimuti gua bersejarah itu,’’ akunya.
Guna mewujudkan harapan itu, dia dan rekannya menghabiskan waktu hampir sepekan. Di bulan puasa lagi. Itu hanya untuk membersihkan semak-semak dan rumput liar. Tetapi energi yang terkuras itu, kata dia, bisa terobati karena Karombo Nipo sudah tampak cantik. ’’Sekarang sudah banyak dikunjungi,’’ kata dia.
Izzul Islam, anggota lain juga mengaku, setelah membersihkan semak belukar, dia dan rekannya harus menata lagi supaya terlihat lebih indah. Kini, Karombo Nipo sudah bisa dinikmati khalayak umum. Tidak sedikit pengunjung yang datang melihat bukti sejarah perjuangan orang-orang terdahulu.
’’Walau terbilang baru dipoles, tapi Karombo Nipo sudah banyak menarik perhatian orang,’’ sebutnya.
Penataan Karombo Nipo, aku dia, tidak terlepas dari kepedulian generasi muda di Punti atas perjuangan para pahlawan. Dia dan rekannya tidak ingin bukti perjuangan para pahlawan menganggur dan tak terurus. ’’Kami menular semangat para pejuang terdahulu kepada generasi Punti dengan merawat bukti-bukti hasil keringat mereka,’’ tandasnya.
KUNJUNGI KAROMBO NIPO, BONUSNYA PANTAI NOTI
Karombo Nipo bersolek. Ibarat seorang perempuan, dandanannya sudah aduhai. Tampilannya bahenol. Menggoda. Bikin penasaran. Dan gambaran itulah yang ditampilkan komunitas Karombo Nipo dalam kanvas promosinya.
Di media sosial, anggota komunitas menyebar keindahan yang dimiliki Karombo Nipo. Tempat selfie. Bekas pahatan. Hingga tempat bernostalgia. Maaf, tidak tersedia tempat mesum. Harammmm.
Bisa dibilang, Karombo Nipo menjadi primado baru di Soromandi. Tiap hari libur, Karombo Nipo tidak pernah sepi. Para pengujung yang rata-rata dari desa tetangga ramai-ramai datang walau sekadar berfoto-foto.
Tempatnya memang asyik. Suasananya sejuk. Dan tentu hening. Maklum, lokasinya jauh dari jalan raya. Jadi rugi kalau tidak singgah ke Karombo Nipo. ’’Karombo Nipo jadi spot wisata baru di Soromandi. Tiap akhir pekan, orang dari desa lain banyak yang berkunjung,’’ ungkap Pembina komunitas Karombo Nipo, M Rifial Akbar.
Oh iya, letak Karombo Nipo memang jauh dari jalan raya. Pengunjung harus menyiapkan tenaga. Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar 10 menit. Bisa lebih juga kalau jalan terlalu santai.
Jalannya masih setapak. Belum bisa dilalui kendaraan. Kalau dipaksakan bisa jatuh. Sebaiknya jalan kaki saja. Itu hanya saran. ’’Kalau jalan sudah bisa dilalui kendaraan, saya yakin akan lebih ramai,’’ kata pria yang juga Kepala SMAN 1 Soromandi itu.
Bila ditata dengan bagus, dia yakin Karombo Nipo jadi primadona baru. Terlebih lagi, karombo Nipo berdekatan dengan tempat wisata lain, seperti Pantai Noti, juga Benteng Asa Kota. ’’KunjungI Karombo Nipo, dapat bonus wisata di Benteng Asa Kota dan Pantai Noti,’’ terang dia.
Dia berharap pemerintah juga turun tangan dalam memoles Karombo Nipo. Apalagi, Karombo Nipo itu gua bersejarah yang selama ini dilupakan. ’’Kami berharap ada sentuhan tangan pemerintah. Terutama dalam membuka akses jalan,’’ harap dia. (j sangazhee)
Di media sosial, anggota komunitas menyebar keindahan yang dimiliki Karombo Nipo. Tempat selfie. Bekas pahatan. Hingga tempat bernostalgia. Maaf, tidak tersedia tempat mesum. Harammmm.
Bisa dibilang, Karombo Nipo menjadi primado baru di Soromandi. Tiap hari libur, Karombo Nipo tidak pernah sepi. Para pengujung yang rata-rata dari desa tetangga ramai-ramai datang walau sekadar berfoto-foto.
Tempatnya memang asyik. Suasananya sejuk. Dan tentu hening. Maklum, lokasinya jauh dari jalan raya. Jadi rugi kalau tidak singgah ke Karombo Nipo. ’’Karombo Nipo jadi spot wisata baru di Soromandi. Tiap akhir pekan, orang dari desa lain banyak yang berkunjung,’’ ungkap Pembina komunitas Karombo Nipo, M Rifial Akbar.
Oh iya, letak Karombo Nipo memang jauh dari jalan raya. Pengunjung harus menyiapkan tenaga. Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar 10 menit. Bisa lebih juga kalau jalan terlalu santai.
Jalannya masih setapak. Belum bisa dilalui kendaraan. Kalau dipaksakan bisa jatuh. Sebaiknya jalan kaki saja. Itu hanya saran. ’’Kalau jalan sudah bisa dilalui kendaraan, saya yakin akan lebih ramai,’’ kata pria yang juga Kepala SMAN 1 Soromandi itu.
Bila ditata dengan bagus, dia yakin Karombo Nipo jadi primadona baru. Terlebih lagi, karombo Nipo berdekatan dengan tempat wisata lain, seperti Pantai Noti, juga Benteng Asa Kota. ’’KunjungI Karombo Nipo, dapat bonus wisata di Benteng Asa Kota dan Pantai Noti,’’ terang dia.
Dia berharap pemerintah juga turun tangan dalam memoles Karombo Nipo. Apalagi, Karombo Nipo itu gua bersejarah yang selama ini dilupakan. ’’Kami berharap ada sentuhan tangan pemerintah. Terutama dalam membuka akses jalan,’’ harap dia. (j sangazhee)