Skip to main content

Dibalik Gemerlapnya Wisata Senggigi (2): Yang Sejahtera Pengusaha, Kami Masih Miskin


Bangunan vila menghiasi bukit Senggigi

 
Pengusaha berlomba-lomba menanam modal di kawasan wisata senggigi. Usaha vila, hotel, dan hiburan malam kian mengeliat. Tapi, hadirnya investor itu belum mampu mengangkat perekonomian warga sekitar.

Ya, panorama alam Senggigi memang panen sanjungan. Pantai yang indah dan bukit dengan hawa dingin khas Lombok diburu pengusaha. Investor dari berbagai negara saling sikut demi mendapat peluang berinvestasi di pulau seribu mesjid.

Pengusaha asing maupun lokal rela membeli tanah dengan harga mahal. Mereka mendirikan usaha yang menghasilkan jutaan bahkan puluhan juta tiap bulannya. Demi meraih hasrat bisnisnya, para pengusaha membidik peluang di atas bukit.

Gunung Senggigi dikeruk, lalu diganti dengan vila-vila megah. Potensi itu benar-benar digali. Tengok saja di atas bukit. Bangunan vila berjejer layaknya kota baru di tengah bukit nan terjal.

Tapi coba tengok pula dari atas vila itu. Pemandangannya pasti berbeda. Warga yang memegang cangkul dan membawa jala ikan masih menghiasi kawasan wisata tersebut. Mereka masih dibelit kemiskinan yang tiada henti-hentinya.

Mereka bekerja dan mencari uang hanya untuk kebutuhan makan sehari. Esoknya lagi, mereka harus membanting tulang guna membuat dapurnya tetap mengepul. ”Bangunan di sekitar kami boleh bagus, tapi kami masih menderita dengan kemiskinan,” ujar Sahril, warga Dusun Duduk, Desa Batulayar, Kecamatan Batulayar.

Mereka tak seharusnya berada di bawah garis kemiskinan. Bayangkan saja, dusun mereka dikeliling bangunan vila, hiburan malam, dan hotel-hotel. Namun, warga tetap bergelut dengan penghasilan di bawah standar. ”Jangan dikira, hidup di tengah kemewahan Senggigi, kami mendapat percikan dari usaha mereka. Kalaupun ada, pengusaha hanya sebatas memberikan sumbangan seadanya,” aku dia.

Sahril mengungkapkan, bisa dibilang warga yang tinggal di lingkaran kawasan wisata Senggigi hanya menjadi penonton. Dirinya hanya mendapat cerita saja di tengah peredaran uang yang tak terbendung itu. ”Hadirnya usaha-usaha ini belum mampu membuat kami sejahtera. Yang miskin tetap miskin, yang kaya makin tambah kaya,” keluh dia.

Sekedar diketahui, pajak di kawasan wisata seperti hotel, tahun 2015 lalu ditargetkan mencapai Rp 33 miliar. Sedangkan pajak restoran ditarget hingga Rp 16 miliar. Untuk target pajak hiburan malam, pemda memasang angka Rp 2,3 miliar.

Sumbangan pendapatan itu bersemedi di kas daerah. Sementara, warga hanya menikmati cerita terhadap penghasilan daerah tersebut. Warga tetap bekerja sebagai nelayan dan petani. Warga banyak yang masih tinggal di rumah kumuh. Bahkan, ada pula warga yang hidup tanpa listrik. ”Masih banyak yang bertani,” kata Kadus Senggigi, H Farhan. (anasaramba)

Popular posts from this blog

Bupati Dompu Mangkir dari Panggilan Polisi

Bupati Dompu H Bambang Yasin saat diperiksa penyidik Polda NTB MATARAM- Setelah memeriksa 134 CPNS K2 di Dompu, giliran tersangka yang diperiksa. Hanya saja, Bupati Dompu H Bambang Yasin yang dijadwalkan diperiksa Kamis (1/3) tidak memenuhi panggilan. Begitu juga dengan tersangka mantan Kabid di BKN Regional X Denpasar berinisial HJ. Direktur Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda NTB Kombes Syamsudin Baharuddin mengatakan, panggilan itu untuk memenuhi sejumlah petunjuk dari kejaksaan. Kedua tersangka yang akan diperiksa kembali adalah Bupati Dompu HBY dan mantan Kabid di BKN Regional X Denpasar berinisial HJ. ”Itu ada petunjuk dari penyidik, jadi kita ikuti,” kata Syamsudin, kemarin (1/3). Mengenai pemeriksaan kedua tersangka, penyidik telah menjadwalkan pemeriksaannya kemarin. Tetapi, hingga sekitar pukul 16.00 Wita, tersangka HBY maupun HJ belum juga tiba di ruang Subdit III Tipikor Ditreskrimus Polda NTB.  Syamsudin mengatakan, kemarin memang...

Kader PDIP Laporkan APBD Ganda, Kejati NTB Panggil Pejabat Pemkot Mataram

MATARAM-Penanganan kasus dugaan korupsi APBD ganda Kota Mataram sedang bergulir. Kasus yang dilaporkan politisi PDIP Rahmat Hidayat ini memasuki tahap pengumpulan data dan keterangan. Kasus tersebut sempat ditunda lantaran pilkada. Kini, kasus itu dibongkar lagi dan Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTB memanggil pejabat Pemkot Mataram yang diduga mengetahui persoalan APBD tersebut. ”Laporan APBD ganda masih jalan. Pelaksanaan pilkada ini yang membuat kami menundanya,” kata Kajati NTB Martono. Kajati NTB Martono Selama pilkada berjalan, Martono mengaku tidak melakukan aktivitas pemanggil terhadap pihak terkait. Ia khawatir saat itu akan mengganggu proses pelaksanaan pilkada. ”Setelah pilkada ini kami genjot lagi,” tegasnya. Ia memastikan kejaksaan tetap memeroses laporan dugaan korupsi APBD ini. Paskapenetapan pemenang pilkada Kota Mataram, pihaknya akan memanggil pihak-pihak yang diduga terlibat. ”Selesai penetapan pemenang, kami lanjutin. Kami akan minta keterangan pihak terkait,” jelasn...

Dugaan Korupsi Bibit Bawang Bima, Polda Periksa PPK hingga Pemenang Tender

MATARAM -Polda NTB sangat serius mengusut dugaan korupsi pengadaan bibit bawang tahun 2016 di Kabupaten Bima. Setelah memeriksa Pejaba Pembuat Komitmen (PPK) proyek bibit bawang tersebut, staf TU Dinas Pertanian Bima, pekan lalu tim penyelidikan melakukan klarifikasi terhadap pemenang tender. Polda meminta keterangan perusahaan pemenang tender dari PT SB dari pukul 10.00 Wita hingga Pukul 15.50 Wita. Dalam pemeriksaan itu hadir salah satu petinggi perusahaan dengan ditemani kuasa hukumnya, Anton Hutomo Sugiarto. Anton mengungkapkan, kedatangannya untuk mewakili perusahaan memenuhi panggilan penyidik dan melakukan klarifikasi terhadap proyek pengadaan bibit bawang tahun 2016 di Bima.”Masih hanya klarifikasi saja, terhadap proyek yang sudah selesai di Bima. Pengadaan bawang itu,” kata dia di Polda NTB, pekan lalu. Anton mengaku kalau penyidik lebih banyak menanyakan identitas kliennya sebagai pemenang lelang. Termasuk proses lelang yang diikuti PT SB untuk proyek senilai Rp 124 milia...