Skip to main content

Rugikah Mengakui si Cantik Pemenang Miss Indonesia 2017 dari NTB?

Miss Indonesia 2017 Achintya Holte Nilsen (Twitter/Miss Indonesia)

Pemilihan Miss Indonesia 2017 telah berakhir. Pemenangnya pun telah diumumkan. Pemenang ajang bergengsi itu sedikit mengejutkan. Ya, pemenangnya Achintya Holte Nilsen mengaku mewakil NTB.

Ini untuk kali pertama, bahkan bisa dibilang sejarah baru bagi NTB. Provinsi yang dikenal dengan kekayaan pariwisatanya. Ketika nama pemenang diumumkan, pemirsa terutama masyarakat NTB dibuat kaget bukan kepalang. Ternyata, Miss Indonesia tahun ini berasal dari daerah bumi gora.

Dalam sekejap, nama NTB melejit. Hari itu tepatnya 22 April 2017, media-media nasional, regional, dan lokal banyak mengambil judul dengan menonjolkan nama daerah yang dipimpin seorang ulama TGH Zainul Majdi.

Kemenangan itu disambut gegap gempita. Netizen pun gempar. Mereka ramai memposting foto Achintya Holte Nilsen yang terpilih sebagai Miss Indonesia. Ada yang senang. Ada pula yang kaget karena NTB bisa menempatkan perwakilnya diposisi puncak ajang Miss Indonesia.

Untuk diketahui, Miss Indonesia salah satu ajang berbakat. Perempuan-perempuan hebat dari 34 provinsi di Indonesia berkompetisi untuk menjadi yang terbaik pada ajang yang digelar tiap tahun.

Dan Achintya Nielsen merupakan wanita kelahiran Denpasar pada 1 Januari 1999. Kini ia duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA). Dia memiliki darah campuran Norwegia, Lombok, dan Bali.

Nah sontak, pasca pemenang Miss Indonesia diumumkan, Pemrov NTB langsung menganulirnya. Mereka tak mengakui kalau Miss Indonesia terpilih berasal dari NTB.

Pernyataan resmi yang pemerintah melalui Kabiro Humas Setda NTB itu tak kalah mengagetkan pula. Karena, sehari setelah pengumuman pemenang Miss Indonesia, pemprov langsung mengklarifikasinya. Mereka dengan tegas tidak pernah mengutus perwakilan untuk mengikuti ajang Miss Indonesia.

Haruskah atau rugikah tak mengakui Miss Indonesia terpilih berasal dari NTB?

Akhir pekan lalu, tepatnya Sabtu malam, Netizen digemparkan dengan berita terpilihnya orang NTB menjadi Miss Indonesia 2017. Pemberitaan media pertama dan terbesar di NTB Lombok Post memilih judul bernada positif. Nitizen Mataram Gempar, Miss NTB Juara Miss Indonesia. Begitulah judul berita yang termuat.

Dalam pemberitaan itu, dikupas tanggapan nitizen. Tak hanya status dan komentar positif, tapi ada juga netizen yang ’’nyinyir” dengan keberhasilan perwakilan NTB, Achintya Nielsen itu. Begitu bunyi alinea pertama pada pemberitaan tersebut.

Ributnya netizen Mataram dimulai di media sosial Line. Saat itu, akun @insidelombok, memposting beberapa foto terkait Miss NTB, Achintya Nielsen. Mulai dari foto saat penobatan gelar juara hingga foto pemasangan mahkota.

Dan, dalam satu hari saja, foto yang diunggah oleh akun @insidelombok itu direspons lebih dari 900 orang, dan lebih dari 200 share. Beberapa netizen, juga tak tahan untuk tidak mengomentari sang juara, yang telah mengharumkan nama NTB tersebut. Misalnya netizen dengan akun line chichavitha dan Mita.Azr29. Ia berkomentar ’’Wow, Hebat, NTB Juara,” dan ’’Alhamdulillah NTB Maju”.

Tidak kalah ramainya, beberapa akun juga berkomentar, ’’Alhamdulillah terima kasih Achintya, sudah mewakili NTB dalam ajang Miss Indonesia, semoga dengan kemenangan ini, NTB semakin dikenal di Nasional, bahkan Internasional. Termasuk dalam pariwisata dan kebudayaannya,” ucap salah satu akun Harry Kurniawan. Begitulah kutipan-kutipan berita yang disadur di Lombok Post.

Sebaliknya kemenangan Achintya Holte Nilsen tidak membuat pemrov NTB bangga. Pemprov dengan terang-terangan menyebutkan Achintya bukan wakil NTB. Hal itu dikemukakan Kepala Biro Humas Setda NTB Yusron Hadi seperti yang ramai diberitakan di media nasional, regional, dan lokal. Kemenangan Achintya ini memang menuai prokontra. Tapi jika dilihat lagi, kemenangan ini memiliki dampak positif bagi NTB, apalagi Miss Indonesia terpilih akan berlaga di ajang Miss World 2017 di China. Disitulah bisa dimanfaatkan untuk promosi NTB yang dikenal dengan segudang tempat wisatanya.

Tak bisa diabaikan pula, pandangan masyarakat mengenai Achintya. Apakah dia benar-benar mewakili masyarakat NTB, atau sekadar numpang nama daerah saja.

Tak hanya itu, ada pula yang menghubungkan kemenangan Achintya dengan komitmen Pemrov yang sedang gencar mengembangkan wisata Halal. Dengan memakai alasan itu, wajar saja Pemprov NTB tak mengakui Achintya sebagai ’’anaknya’’.

Yusron seperti rillis yang dikirim ke beberapa media mengemukakan alasannya. Dia menilai, dari berbagai opini yang berkembang, pemprov harus tak mengakui Achintya Holte Nilse bukan wakil NTB dalam ajang Miss Indonesia 2017.

Hal ini disebabkan beberepa alasan. Pertama, yang bersangkutan menurut informasi yang diterima tidak bermukim atau berasal dari NTB sebagaimana dipersyaratkan kepada setiap peserta ajang Miss Indonesia.

Kedua, pemprov tidak pernah mengetahui maupun mendengar proses pemilihan ini berlangsung di NTB, dan kalau menyimak proses penjaringan peserta yang dikatakan berlangsung hanya di beberapa kota tentu konsekuensinya sangat terbuka ruang pihak lain mengatasnamakan suatu daerah tanpa diketahui daerah yang bersangkutan.

Hal ini mempengaruhi penerimaan masyarakat dan bagi si peserta tidak betul-betul mewakili daerah yang diatasnamakan. Dan yang ketiga, penyelenggara tidak berkoordinasi langsung dengan Pemerintah daerah dalam penyematan nama NTB kepada yang bersangkutan. Kalau pun memakai nama NTB seyogyanya ada bentuk keterlibatan Pemerintah Daerah

Pihaknya menghargai berbagai upaya semua pihak mempromosikan daerah, termasuk NTB yang kini makin dikenal sebagai daerah tujuan wisata halal. Sebagai pionir wisata halal di tanah air, ia meminta semua berhati-hati menyematkan nama NTB dalam ajang seperti itu.

Meski dengan tegas menolak mengakui pemenang Miss Indonesia berasal dari NTB, sejauh ini pemrov belum mengambil langkah hukum. Mereka baru sekadar menolak mengakuinya saja.

Meminjam nama daerah tanpa sepengetahuan pemiliknya tak ada yang membenarkannya. Tapi, apakah dosa itu tidak bisa dimaafkan. Atau tak bisakah berdamai.

Tanpa mengesampingkan dampak negatifnya, kemenangan Achintya memberi nilai positif pula. Misalkan dalam hal promosi wisata. Pemrov bisa mempromosikan gratis aneka pariwisatanya. Apalagi, saat-saat ini NTB sedang gencar ’’menjual’’ pariwisatanya ke luar negeri.

Nah dengan adanya Achintya, pemrov bisa saja menyisipkan promosi wisata halal. Terlebih lagi, Achintya akan tampil di Cina dalam ajang Miss Word 2017. Celah itu harusnya bisa dilihat pemerintah. Sekali lagi, tanpa harus mengabaikan dampak negatif.

Kalau pun dampak negatifnya, Achintya bakal memakai pakai seksi pada ajang Miss Word. Berlebihan jika alasan itu sampai dikambing hitamkan menjadi pengganggu wisata halal yang digaungkan NTB. Karena harus maklum juga, wisatawan yang datang ke NTB ini dari berbagai negara.

Hematnya, pemrov harus pandai menjemput celah ini. Promosi gratis tanpa keluar duit banyak. Promosi gratis tanpa harus mengeruk APBD miliaran. (anasaramba)

Popular posts from this blog

Kejaksaan Usut Dugaan Korupsi Aset TK-SD Model Mataram

Kasipidsus Kejari Mataram Herya Sakti Saad MATARAM-Kejaksaan Negeri (Kejari) Mataram mengecek lokasi TK-SD Model Mataram di Jalan Brawijaya, Cakranegara, Kota Mataram. Karena ada dugaan korupsi serah terima aset tersebut. Dua orang jaksa mendatangi TK-SD Negeri Model sekitar pukul 11.00 Wita, belum lama ini. Mereka turun dengan mengenakan pakaian seragam warna cokelat. Usut punya usut, mereka yang diturun diketahui Kasipidsus Kejari Mataram Herya Sakti Saad. Ia didampingi salah seorang jaksa dari pidana khusus Kejari Mataram. Dua orang jaksa hendak menemui kepala sekolah tersebut. Namun yang bersangkutan tidak berada ditempat. Herya bersama anggotanya itu sempat mengamati bangunan berwarna kuning itu. Kasipidsus Herya Sakti Saad yang dikonfirmasi tidak menampiknya. Ia menjelaskan, ada pemberitaan di sejumlah media yang memuat kisruh aset TK-SD. Untuk itu, pihaknya menindaklanjuti dengan mengecek ke lokasi. ”Iya, memang kami turun. Tapi baru sebatas cek lokasi saja,” kata Herya di K

Adi Nugroho Kena 2 Tahun 6 Bulan

Adi Nugroho saat mendengarkan pembacaan putusan di Pengadilan Negeri Mataram MATARAM -Terdakwa kasus dugaan penipuan pembelian tanah di Gili Trawangan, Adi Nugroho bakal lebih lama di penjara. Sebab, hakim Pengadilan Negeri (PN) Mataram menjatuhkan hukuman dua tahun enam bulan. Hakim yang dipimpin Suhartanto didampingi hakim anggota Sutarno dan Bagus Irawan menyatakan terdakwa bersalah. Pada persidangan yang dengan agenda pembacaan amar putusan, terdakwa terbukti melakukan tindak pidana sesuai dengan pasal 378 jo pasal 64 ayat 1 KUHP tentang Penipuan. ”Terdakwa terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman dua tahun enam bulan kurungan penjara,” kata Suhartanto dalam amar putusannya, kemarin. Dalam persidangan itu, terdakwa hadir dengan mengenakan baju kemeja warna putih bergaris. Dia didampingi kuasa hukumnya, Lukas Budiono. Sementara, Jaksa yang diwakili Herya Sakti Saad. Putusan hakim itu lebih rendah dibanding tuntutan JPU. Sebelumnya, terdakwa dituntut dengan hukuman tiga tahun pe

Bupati Dompu Mangkir dari Panggilan Polisi

Bupati Dompu H Bambang Yasin saat diperiksa penyidik Polda NTB MATARAM- Setelah memeriksa 134 CPNS K2 di Dompu, giliran tersangka yang diperiksa. Hanya saja, Bupati Dompu H Bambang Yasin yang dijadwalkan diperiksa Kamis (1/3) tidak memenuhi panggilan. Begitu juga dengan tersangka mantan Kabid di BKN Regional X Denpasar berinisial HJ. Direktur Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda NTB Kombes Syamsudin Baharuddin mengatakan, panggilan itu untuk memenuhi sejumlah petunjuk dari kejaksaan. Kedua tersangka yang akan diperiksa kembali adalah Bupati Dompu HBY dan mantan Kabid di BKN Regional X Denpasar berinisial HJ. ”Itu ada petunjuk dari penyidik, jadi kita ikuti,” kata Syamsudin, kemarin (1/3). Mengenai pemeriksaan kedua tersangka, penyidik telah menjadwalkan pemeriksaannya kemarin. Tetapi, hingga sekitar pukul 16.00 Wita, tersangka HBY maupun HJ belum juga tiba di ruang Subdit III Tipikor Ditreskrimus Polda NTB.  Syamsudin mengatakan, kemarin memang mer