Kapolsek Pagutan Ipda Agus Rachman menunjukkan laptop yang diduga dicuri AW, Senin (29/1). |
MATARAM-Pemuda pengangguran inisial AW harus berurusan dengan polisi. Dia yang mengaku anak oknum anggota dewan di Kabupaten Bima berhasil diringkus kepolisian sektor (Polsek) Pagutan, Kota Mataram, beberapa hari lalu.
Pemuda yang mengaku asal Desa Rato, Kecamatan Bolo itu nekat mencuri di rumah anggota Polri. Dia melancarkan aksi bersama rekannya AN (inisial, Red) yang kini buron. Mereka membawa kabur dua unit laptop dari TKP, di Jalan Tanjung Luar, BTN Griya Pagutan Indah, Kelurahan Pagutan, Kecamatan Mataram.
Pelaku ditangkap di kosnya, tak jauh dari TKP. Saat penangkapan, petugas mendapati satu unit laptop beserta chargernya, yang diduga hasil curian.
Kapolsek Pagutan Ipda Agus Rachman mengatakan, pelaku masuk ke dalam rumah dengan cara meloncati tembok samping dan naik ke atap. Dari sana, pelaku masuk melalui jendela rumah korban.
’’Dalam aksi pencurian dengan pemberatan (curat) ini, masing-masing pelaku memiliki peran berbeda. Hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa AN bertugas untuk masuk ke dalam rumah, sementara AW memantau situasi di sekitar TKP,’’ beber Agus.
Setelah menggasak barang korban, keduanya langsung menjual laptop tersebut di wilayah Dasan Agung. Agus mengungkapkan, dari hasil penjualan itu, pelaku menerima uang sebesar Rp 2 juta. ’’Uang itu kemudian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,’’ katanya.
Terungkapnya kasus ini setelah petugas mendapat informasi adanya transaksi penjualan barang curian berupa laptop. Setelah memastikan ciri-ciri laptop sesuai dengan laporan polisi, tim opsnal melakukan penangkapan terhadap AW. "Kita tangkap di kosnya. Tempatnya itu tak jauh dari TKP," terang Agus.
Sementara itu, AW sempat mengaku sebagai anak dari anggota DPRD Bima. Dia mengatakan jika dirinya tidak ikut masuk ke dalam rumah. Dia hanya berjaga di luar, untuk memastikan rekannya melakukan pencurian dengan aman. "Iya anak anggota dewan," aku dia.
AW mengatakan, uang hasil penjualan laptop dibagi dua. Dia hanya menerima sekitar Rp 800 ribu, sedangkan AN sisanya. Uang tersebut kemudian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, karena dia sudah kehabisan bekal. ”Sebenarnya mau daftar polisi datang ke Mataram ini, tapi begini jadinya,” sesal AW. (ompu)